Kamis, 20 Maret 2014

Menj(el)ajah China Utara, Beijing - Shanghai - Hangzhou (5)

Zhujiajiao, Water Town yang Menawan

Terdapat beberapa water town di sekitar Kota Shanghai, yaitu Zhujiajiao, Tong Li, dan Zhou Zhuan. Dari ketiga tempat tersebut, yang bisa dijangkau dari Shanghai dengan waktu paling cepat ialah Zhujiajiao. Diperlukan waktu satu jam untuk menuju Zhujiajiao, 2 jam untuk menuju Zhou Zhuan, dan 3 jam untuk menuju Tong Li. Mengingat waktu di Shanghai yang terbatas, maka Zhujiajiao menjadi pilihan.

Zhujiajiao merupakan perkampungan khas China yang terletak di pinggiran Kota Shanghai, tepatnya di bantaran Sungai Yangtze. Perkampungan ini terdiri atas kanal, jembatan dan rumah di gang sempit. Zhujiajiao merupakan wujud asli kehidupan masyarakat China, rumah-rumah yang berada di gang sempit, mepet kali dengan ornamen khas cina.



Zhujiajiao Water Town
Berdasarkan literatur yang diperoleh, untuk menuju Zhujiajiao dapat menggunakan bus yang bisa didapatkan di Pu’an Road Bus Station, terletak di seberang Musium Shanghai. Untuk menuju terminal bus ini, menggunakan metro line 8 turun di Dashijie dan keluar melalui pintu 2, seberangi jalan, lalu lurus hingga menemukan perempatan, belok kanan, disana berjajar bus menuju Zhujiajiao. Terdapat dua jenis bus, Hu-Zhu Express seharga RMB12 dan Hu-Zhu Route seharga RMB9.

Akan tetapi, saat hendak meninggalkan hotel menuju Pu’an Road Bus Stasiun, iseng membaca tulisan di papan pengumuman hotel. Di papan tesebut tertulis bahwa untuk menuju Zhujiajiao bisa naik bus Hu-Zhu Route dari halte bus di dekat hotel. Wah! Pengumuman yang menggembirakan, tidak perlu membuang waktu untuk menuju Pu’an Road Station.

                                     
Petunjuk di Papan Pengumuman Hotel

Akhirnya menunggu bus Hu-Zhu Route berwarna kuning dari halte di Yanan Road. Cukup berjalan kaki dari hotel untuk menuju halte bus ini. Di halte, tidak terdapat informasi yang menunjukkan jika bus Hu-Zhu Route berhenti di halte ini. Karena khawatir berada di halte yang salah, mencoba mencari halte lain di sekitar jalan itu. Saat menyusuri jalan, tiba-tiba datang bus berwarna kuning kusam. Beruntungnya sang sopir bersedia menghentikan laju busnya walau bukan di halte, terkadang ketidakteraturan membawa keberuntungan.

Bus Hu-Zhu Route seharga RMB9 ini penampakannya tidak sebagus dan sebersih bus-bus lain yang pernah ditumpangi selama di China. Apakah bus ini yang kemudian di cat ulang dan dikirim ke Jakarta sebagai busway berkarat itu? Siapa tahu.

Setelah menempuh perjalanan hampir 1,5 jam, bus tiba di Terminal Zhujiajiao (pemberhentian terakhir). Selanjutnya berjalan kaki menuju Zhujiajao, cukup keluar terminal dan berjalan kaki ke arah kiri. Abaikan saja tukang becak dan sopir di pintu keluar  terminal. Setelah berjalan kaki kurang lebih 400m, ada sebuah pusat perbelanjaan modern yang cukup besar, belok kanan, dan disanalah Zhujiajiao. Atau bisa juga lurus terus sampai bertemu jembatan, tidak perlu naik jembatan tapi menyusuri jalan kecil disampingnya.

Sebelum bertemu sungai yang menjadi sumber kehidupan disini, terlebih dahulu ditemui rumah-rumah kuno dalam gang sempit. Mirip dengan rumah dalam gang sempit di perkotaan Indonesia. Rumah-rumah di gang sempit dan di bantaran kali sudah disulap menjadi tempat komersial seperti toko souvenir, rumah makan, cafe, toko teh atau sekedar obyek wisata berbayar.

Jika ingin mengarungi sungai, terdapat sebuah perahu dengan dua alternatif rute. Short trip seharga RMB65/boat atau long trip seharga RMB120/boat, satu boat berisi maksimal 6 orang. Untuk memuaskan rasa ingin tahu, cukup mencoba yang short trip.



Mengarugi Zhujiajiao

Mencoba makan atau jajanan disini juga disarankan, ada ikan-ikan kecil goreng seharga RMB20/cup, tahu fermentasi, gambas goreng, gulali, kembang tahu, juga aneka masakan babi (jika tidak ada pantangan halal-haram).
                                              
Tahu Fermentasi (bawah) dan Gambas Goreng (atas)

Puas mengarungi sungai, menikmati jajanan dan berfoto, lekas meninggalkan tempat menawan ini kembali ke pusat Kota Shanghai. Kali ini, memilih menggunakan Hu-Zhu Express yang busnya lebih bagus dan lebih cepat sampai di Beijing. Bus Hu-Zhu Express seharga RMB12. Kondisi bus lebih layak dengan pengatur suhu dan via jalan toll sehingga tidak perlu berhenti di setiap halte. Bus express ini tiba di Shanghai dalam waktu satu jam. Pemberhentian di Pu’an Road Bus Stasiun.

Zhujiajiao yang menawan

Xitiandi, China Rasa Eropa

Penj(el)ajahan selanjutny adalah Xintiandi, sambil menahan lapar karena tidak menemukan tempat makan yang pas (pas secara harga, menu dan rasa). Xintiandi, sebuah pedestrian street yang terdiri dari kafe, retoran dan toko-toko. Arisektur bangunan di sini sungguh menarik, dengan melestarikan dan merevitalisasi Shikumen. Shikumen ialah perumahan Shanghai zaman dulu dengan rumah dalam gang kecil dan gerbang-gerbang lengkung dari batu.

Sedikit cerita sejarah, Pada tahun 1842, kaisar Daoguang harus menandatangani perjanjian untuk memberikan Hongkong pada Inggris. Sebuah kekalahan yang memalukan bagi dinasti Qing. Lalu kemudian sesudah Inggris, datanglah Perancis, Amerika Serikat dan Jepang, mereka juga menuntut bagian daerah terutama di Shanghai. Dalam waktu singkat, Shanghai pun menjadi gegap gempita dipenuhi kapal-kapal uap dan filial bank-bank besar Eropa. Akhir abad 19 sampai tahun 1920-an Shanghai menjadi metropol dunia.

Itulah mengapa bangunan-bangunan kuno di Shanghai bergaya Eropa, seperti yang kemarin malam terlihat di The Bund dan hari ini di Xitiandi. Bangunan-bangunan di Xintiandi dibuat dari bata merah, jendela lengkung, dan balkon kecil. Khas Eropa. Menyenangkan sekali.

China rasa Eropa


Di sekitaran Xintiandi juga terdapat situs-situs berjesarah perkembangan RRC seperti tempat kongres pertama partai komunis, rumah tempat tingal Sun Yat Sen, dll. Asiknya, situs-situs ini gratis. Cukup dengan meminta tiket masuk di loket tiket.

Salah satu situs yang sempat dikunjungi ialah tempat pelaksanaan kongres pertama partai komunis, seperti museum sumpah pemuda di Kramat. Sebenernya ingin memasang foto saat di sini, tapi ngeriiii karena ada simbol palu arit.

Puas mengunjungi situs bersejarah, beralih melihat sisi lain Xintiandi. Masih dengan rasa Eropanya. Cantik. Puas. Sayangnya, tidak ada makanan yang terjangkau.

Batu bata merah, gang sempit dan balkon kecil


 Yu Yuan Garden, Maaf Sudah Tutup

Yuyuan Garden merupakan taman klasik di tengah kota yang dibangun pada 1577. Luas taman ini sekitar 2000 meter persegi. Di sekitar Yuyuan Garden terdapat Yuyuan Bazar yang menjual obat-obatan China, makanan, souvenir, aksesori dll. Sangat Ramai.

Guna menuju Yuyuan Garden, menggunakan metro line 10 turun di Yuyuan Station, keluar dari Exit 1 dan berjalan ke arah kanan. Sangat Mudah.

Menahan lapar sejak dari Zhujiajiao, diputuskan makan di restoran cepat saji di Yuyuan bazar. Karena keasyikan makan, tidak disadari bahwa waktu mendekati pukul 17.00, artinya sebentar lagi Yuyuan Garden. Dan benar saja, setelah berjuang menerobos hujan rintik-rintik, sampai Yuyuan garden yang akan tutup beberapa menit lagi.

Ya sudahlah, mari berburu oleh-oleh di Yuyuan Bazar kalau begitu. Setelah keluar masuk toko, akhinya menemukan toko yang menjual barang dengan harga pas. Bagai oase diantara pedagang yang menawarkan barang semena-mena.

Pengeluaran Hari V:
  • Hu-Zhu Route Bus RMB9
  • Short Trip Boat RMB17 (RMB65 dibagi 4 orang)
  • Jajanan RMB5
  • Hu-Zhu Express Bus RMB12
  • Smart Card Day 2 RMB18
  • Makan Siang RMB15
  • Makan Malam RMB15
  • Total Pengeluaran= RMB91


1 komentar:

  1. Hi, salam kenal.
    boleh share itinerary nya ga? kirim ke yessy.verni@gmail.com
    thank you

    BalasHapus