Rabu, 19 Maret 2014

Menj(el)ajah China Utara, Beijing - Shanghai - Hangzhou (4)

CRH: Kereta Super Cepat

Penj(el)ajahan di Kota Beijing akan berakhir hari ini. Kereta Super Cepat dengan nomor kereta G1 membawa penj(el)ajahan ke kota selanjutnya, Shanghai. Berdasarkan literatur, jarak dari South Beijing Railway Stastion ke Stasiun Shanghai HongQiao sejauh 1318 km (setara Jakarta - Lombok).

Tiket kereta sudah dibeli sejak hari kedatangan pertama di Beijing. Walau kereta ini tergolong kereta mahal dengan peminat yang tidak sebanyak kereta jenis lain, tidak ada salahnya membeli tiket lebih awal.
                                 
Kereta G1 berangkat dari South Beijing Railway Station, ulasan mengenai stasiun ini ada di cerita sebelumnya (part 1).

Setelah tiba di South Beijing Railway Station, hanya perlu mengikuti papan petunjuk  untuk mengetahui dimana peron kereta G1. Seperti biasa, papan petunjuk disediakan dalam bahasa China. Namun, abaikan saja tulisan China itu, cukup memperhatikan tulisan G1.

Peron untuk masing-masing keberangkatan baru dibuka 15 menit sebelum jadwal keberangkatan. Waktu yang tersedia digunakan untuk sarapan di restoran cepat saji dalam stasiun seharga RMB15.

Tepat pukul 08.45 peron keberangkatan di buka dan pukul 09.00 kereta beranjak meninggalkan Beijing. Tepat waktu.

CRH: Kereta Super Cepat
Kereta Super Cepat Beijing - Shanghai awalnya didesain mampu mencapai kecepatan 380km/jam, sehingga mampu menempuh jarak Beijing - Shanghai dalam waktu kurang dari 4 jam. Demi alasan keselamatan, saat ini kecepatan kereta ini diturunkan menjadi 300km/jam, dan membutuhkan waktu kurang dari 5 jam untuk menempuh jarak yang sama.

Informasi kecepatan kereta, suhu dan waktu dalam setiap gerbong

Kereta Super Cepat Beijing - Shanghai memiliki dua area sightseeing, gerbong kelas bisnis, gerbong kelas satu, gerbong kelas dua dan kereta makan. Harga untuk kursi sightseeing dan bisnis seharga RMB1.750, RMB950 untuk kelas satu dan RMB553 untuk kelas dua.

Area sightseeing terletak di belakang kopkit yang terdiri dari 5-6 kursi deluxe. Dengan jendela kaca, penumpang dapat melihat bagaimana kereta berjalan dibawah kontrol masinis. Gerbong bisnis terdiri atas 24 kursi deluxe yang setiap kursinya dilengkapi dengan lampu baca, meja makan, LCD TV, wifi dll. Gerbong kelas satu terdapat 4 kursi dalam setiap baris dan 5 kursi dalam setiap baris untuk gerbong kelas dua.

Suasana dalam Gerbong Kelas Dua

Setiap gerbong memiliki toilet dan kran minum air panas. Membawa mie cup dalam kemasan untuk dimakan di dalam kereta merupakan pilihan yang tepat daripada membeli makan siang di dalam kereta seharga RMB45.

Sebelum berhenti di Shanhai HongQiao Station, kereta akan berhenti terlebih dahulu di stasiun Nanjing.

Kurang lebih pukul dua siang, kereta tiba di Stasiun Shanghai HongQiao yang tidak kalah megah dibandingkan South Beijing Railway Station.

Berburu Tiket ke Hangzhou

Segera setelah sampai di Stasiun Shanghai Hong Qiao yang harus dilakukan ialah membeli tiket kereta ke Hangzhou. Ada dua pilihan stasiun keberangkatan ke Hangzhou dari Shanghai, berangkat dari Shanghai Hongqiao atau Shanghai South. Stasiun ketibaan di Hangzhou pun ada dua pilihan, stasiun Hangzhou atau Hangzhou East.

Terdapat empat loket penjualan tiket di Stasiun Shanghai HongQiao, sayangnya dua loket pertama ditemui dalam kondisi tertutup. Hanya tersedia mesin pembelian tiket dalam bahasa China di sekitar loket yang tutup. Bertanya kepada orang-orang di stasiun, termasuk yang menenteng tas sebuah tempat kursus bahasa Inggris pun tidak banyak membantu.

Ditengah keputusasaan, diputuskan menuju stasiun subway guna menuju hotel terlebih dahulu. Mencari tiket ke Hangzhou dilakukan esok hari.

Saat menuju stasiun subway, menemukan dua buah loket penjualan tiket. Satu loket dalam keadaan (lagi-lagi) tertutup, dan satu lagi dalam kondisi buka dengan antrian yang panjang.

Masalah belum selesai, keterbatasan bahasa membuat petugas loket salah mencetak tanggal keberangkatan ke Hangzhou, seharusnya tanggal 9 Maret tapi dicetak keberangkatan hari itu. Beruntung disadari sebelum meninggalkan loket.

Penomoran Jalan Shanghai Yang Teratur

Selama di Shanghai menginap di Rock and Wood International Youth Hostel, beralamat di no 615 Lane, ZhaoHua Road, Changning District, Shanghai. Dari Shanghai HongQiao Station menumpang subway (di Shanghai disebut dengan Metro) line 3 atau 4 turun West Yanan Road Stastion, keluar dari exit 1.

Berbeda dengan hostel sebelumnya yang menyediakan peta menuju hostel dari stasiun subway, penginapan di Shanghai ini hanya menyediakan petunjuk berupa narasi. Peta menuju hotel di dapat dari google-map, yang pastinya tidak sejelas apabila disediakan oleh hostel. Benar saja, sempat berputar-putar cukup lama dan bertanya sana-sini untuk menemukan penginapan tersebut. Salah seorang warga sempat membantu dengan menelpon penginapan, menanyakan pentunjuk menuju kesana.

Sebagai apresiasi atas keramahan dan kesantunan orang China, akan ada bahasan tersendiri yang mengulasnya.

Orang tua sering berkata "ambilah pelajaran dari setiap kejadian". Dalam kebingungan menuju penginapan, disadari bahwa Shanghai memiliki tata penomeran rumah dan blok yang rapi. Nomer genap secara berurutan pada satu sisi jalan, dan nomor ganjil berurutan pada sisi yang lain. Papan nama jalan pun menginformasikan nomor awal dan nomor akhir pada jalan tersebut. Rapi dan Teratur.

Gagal ke Little France

Setelah beristirahat cukup, tujuan awal di Shanghai ialah Little France, Nanjing Road dan The Bund. Dari informasi yang dikumpulkan saat di Jakarta, ada informasi yang berbeda-beda untuk menuju Little France atau France Consession. Setidaknya South Shaanxi Road Station di Line 10 dan Xujiahui Station di Line 1 atau 9 yang sering disebut sebagai stasiun metro terdekat untuk menuju France Consession. Karena stasiun metro Xujiahui lebih mudah diakses dari penginapan, jalur ini pun menjadi pilihan.

Berbekal informasi yang sedikit, bahkan tidak tau haru keluar dimana, pencarian ini menjadi sulit. Tidak seperti di Beijing, stasiun subway atau metro di Shanghai memilik banyak pintu keluar (ada yang mencapai 20 pintu keluar) dengan jarak yang sangat berjauhan. Bisa diibaratkan stasiun metro bawah tanah ada di Dukuh Atas, pintu keluarnya berderet mulai dari HI sampe Semanggi.

Pencarian semakin sulit ketika map yang tersedia di stasiun metro di tulis dalam bahasa China. Diputuskan keluar melalui salah satu pintu keluar yang dalam map tergambar sebuah katredal di dekatnya, mungkin itu Little France. Ternyata bukan.

Bertanya pada setiap orang pun tidak membatu. Seorang warga juga sempat mencoba mencari melalui google-map berbahasa China di ponsel pintarnya tapi juga tidak membantu. Mungkin seperti hendak ke Glodok atau Jembatan Lima, dan bertanya dimana Kampung China.

Barang Murah antara Nanjing Road dan The Bund

Putus asa dengan mencari dimana Prancis kecil, haluan beralih ke Nanjing Road sembari bertekad mengumpulkan informasi lebih detail via internet di penginapan.

Nanjing Road di Shanghai, Wangfujing Road di Beijing, Orchad Road di Singapore, dan road-road lain di Dunia yang menjajakan merek-merek ternama ialah saudara kembar tapi beda bapak dan ibu. Mirip. Menarik? Tidak.

Nanjing Road

Walau tidak tertarik, bolehlah sedikit cerita tentang Nanjing Road. Nanjing Road ini panjangnya 5,5 km. Karena begitu panjangnya, ada dua stasiun metro yang bisa dijangkau ketika hendak ke sini. East Nanjing Road Station dan West Nanjing Road, keduanya di metro line 2. East Nanjing Road Station lebih dekat dengan The Bund. Berhubung tujuan selanjutnya adalah The Bund, maka diputuskan turun di East Nanjing Road Station. Toko-toko di Nanjing Road umumnya buka pukul 10.00-22.00.

Yang cukup membedakan Nanjing Road dengan road-road saudaranya, di Nanjing Road akan banyak dijumpai calo-calo syahwat. Sambil membawa kertas kecil seukuran kartu remi, mereka gencar mendatangi turis sambil berkata "mesej.. mesej.." "seek.. seek" (mengapa seek, bukan sex? karena begitulah mereka mengucapkannya).

Tidak tertarik dengan Nanjing Road, maka cukup berfoto dan segera menuju ke tujuan berikutnya, The Bund. Cukup berjalan kaki mengikuti arus ke arah timur. Dalam perjalanan ke arah The Bund inilah justru diketemukan ketertarikan.

Sepanjang jalan dari East Nanjing Road sampai The Bund akan melewati kota tua bergaya Eropa yang dipenuhi dengan toko-toko. Tidak semewah toko-toko di Nanjing Road, tapi harganya membuat bahagia. Barang-barang yang bagus dengan harga murah sedikit tidak masuk akal, tumpah ruah disini. Yang terpenting, harga murah itu bukan hasil tawar menawar, harga sudah tertulis. Sebuah tas kantor keren dijual seharga RMB100, tidak sampai 200ribu rupiah, sudah tidak ada tas berkualitas bagus seharga itu di Jakarta. Sebuah sweater hangat dijual seharga RMB39, tidak sampai 80ribu rupiah.

The Bund, Must-See-Icon

Pemandandan dari seberang Sungai Huangpu

The Bund diakses dengan berjalan kaki dari East Nanjing Road, melewati kota tua dengan toko-toko murahnya. The Bund merupakan area bantaran Sungai Huangpu, panjangnya kurang lebih 1,5km. Disepanjang bantaran sungai terdapat berbagai macam bangunan tua dengan konsep gotik ala katedral, gaya khas China dan nuansa eropa. Sedangkan dari seberang sungai, akan nampak pencakar-pencakar langit modern Kota Shanghai.
Bangunan Tua di The Bund

Saat yang tepat untuk mengunjungi The Bund ialah pada malam hari, tidak heran jika suasana cukup ramai di malam hari. Lampu-lampu dari bangunan tua yang terpelihara dengan baik berpadu dengan warna-warni lampu bangunan-bangunan modern diseberangnya. Cantik. Sangat Cantik untuk mengakhiri hari itu.

Oh iya, jika di Beijing menggunakan Yikatong untuk keperluan transportasi, selama di Shanghai menggunakan Smart Card. Ada One Day Pass seharag RMB 18 dan Three Day Pass seharga RMB45, dengan kartu ini bebas naik metro 24 jam atau 72 jam sejak penggunaan pertama kali.


Pengeluaran Hari IV:

  • Sarapan RMB15
  • Tiket Kereta ke Hangzhou RMB48
  • Smart Card untuk satu hari RMB18
  • Penginapan 3 Hari 2 amalam RMB108
  • Makan Malam RMB15
  • Total Pengeluaran RMB204








Tidak ada komentar:

Posting Komentar